Selamat Datang di Blog milik TINEKE SEPTIANA RAMDHANI

Minggu, 30 Juli 2017

Disini Kami Bertumbuh



Judul ini diadaptasi dari tagline sebuah lembaga pendidikan formal TK-SD Priangan yaitu ‘Disini Aku Bertumbuh’. Perbedaannya terletak di kata ‘Aku’ dan ‘Kami’. Saya memilih menggunakan kata ‘Kami’ dalam tagline tersebut karena itu mewakili para alumni TK-SD Priangan.

 Yang bersekolah di tempat ini akan menjalani hari-harinya selama 6 tahun. Sedangkan yang bersekolah di tempat ini sejak bangku taman kanak-kanak, menjalani hari-harinya selama 8 tahun. Bayangkan!!! 6-8 tahun. Hampir satu dasawarsa. Mulai berada di sekolah ini saat baru saja lepas dari popok dan meninggalkan sekolah ini saat mulai mengenal episode bernama jatuh cinta. Tentu banyak kenangan yang tidak akan hilang begitu saja.
                                            
Sumber Foto: Dok. Pribadi


Dimana, sih lokasi TK-SD Priangan? Sekolah yang didirikan di tahun 1957 ini berada di jl. Baros no.1 Bandung. Sebuah jalan kecil yang terletak dekat jalan Cilaki dan jalan Bengawan. Juga berdekatan dengan lapangan Supratman. Sekolah ini didirikan oleh Tante Liem Zen Liang. Siapakah beliau? Saya sendiri tidak terlalu mengenal beliau secara mendalam karena saat memasuki lembaga pendidikan ini beliau sudah berpulang ke haribaan Nya. Tetapi bukan berarti saya tidak pernah mencari tahu siapa beliau. Sepeninggal Tante Liem Zen Liang, TK-SD Priangan diteruskan pengelolaannya oleh keturunan beliau dan mempekerjakan seorang wanita sebagai kepala sekolahnya bernama Ibu FA Tulung Rotinsulu.

Saya menjalani hari-hari di TK-SD Priangan dari tahun 1984-1990. Masa kepemimpinan Ibu Tulung. Selain dua wanita yang sudah saya sebutkan, ada juga seorang wanita yang sangat berpengaruh dalam kehidupan warga TK-SD Priangan. Beliau bukan guru melainkan seorang wanita keturunan tionghoa pemilik toko kelontong. Beliau sering dipanggil dengan sebutan Encim. Seorang wanita mandiri dan terkenal akan kebawelannya. Selanjutnya, ijinkan saya untuk menceritakan satu persatu ketiga wanita hebat itu.

1.      Tante Liem Zen Liang
Pendiri TK-SD Priangan yang merupakan wanita keturunan tionghoa. Beliau mendirikan TK-SD Priangan mulai dari nol. Hingga akhir hayatnya, Tante Liem, yang memiliki nama Indonesia Ibu Djuhriah, sangat berdedikasi pada dunia pendidikan. Maka tak heran, menjelang ujian nasional (istilah jaman dulu = EBTANAS), ada tradisi bagi kelas 6 untuk melakukan ziarah ke pusara beliau yang terletak di pemakaman Cikadut. Dari mulai bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut, belum pernah melihat fotonya. Jadi betul-betul tidak mengetahui seperti apa rupa dari Tante Liem.  Dan saya pun berkesempatan  melihat rupa dari beliau saat mengikuti reuni SD Priangan di tahun 2010. Disitu terpampang foto beliau. ‘Oooohhh...seperti ini ya wajahnya Tante Liem’ itulah komentar saya saat melihat fotonya. 

Foto Tante Liem. Sumber Foto: Dok. Pribadi



2.      Ibu FA Tulung Rotinsulu
Kalau dengan ibu yang satu ini kenal banget. Of course, beliaulah yang menjadi kepala sekolah saat saya berada di TK-SD Priangan. Bernama lengkap Frederika Aleida Tulung Rotinsulu. Beliau sangat familiar dengan panggilan Ibu Tulung. Seorang ibu yang sangat menyayangi para siswa bagaikan anak-anaknya sendiri. Keibuan tapi tegas. Kedisiplinan sangat terasa pada masa kepemimpinan beliau. Siswa yang datang terlambat atau tidak membuat PR akan kena hukuman. Terkadang, Ibu Tulung mengunjungi kelas-kelas di sela-sela waktu bekerjanya. Ingat banget, deh..saat sedang belajar, Ibu Tulung datang ke kelas. Ada kebiasaan dari warga kelas untuk menyapa beliau dengan terlebih dahulu dikomandoi oleh KM Kelas. ‘Sikap...beri hormat!!  Warga kelas menjawab ‘Selamat Siang, Bu.’
Sikap tegas Bu Tulung bukan berarti tidak diiringi dengan kelembutan hati, lho. Pernah mengalami, orang tua lupa menjemput. Teman-teman yang lain sudah dijemput orang tua masing-masing. Panik, karena menunggu jemputan tidak datang-datang. Jadinya, hu..hu..hu..menangislah... Akibatnya, Bu Tulung ikut repot mengurusi anak yang nangis karena belum dijemput. (Hehe..Bu Tulung, maaf ya sudah merepotkan dengan tangisannya). Yang paling berkesan dari Bu Tulung bukan cuma ketegasan dan kelembutan hatinya. Tapi juga kekuatan Bu Tulung mengenakan sepatu hak tinggi selama bekerja. Wow!!! Iseng-iseng mencoba juga seperti itu. Hasilnya..MANA TAHAAANNNN!!!!!!! So, kembali ke flat shoes.
 
 Ibu Tulung saat muda. Sumber Foto: MyHeritage.com

3.      Encim
Sekarang giliran Encim. Seorang wanita mandiri keturunan tionghoa yang mengisi waktunya dengan membuka toko jajanan anak SD. Jajanan yang paling banyak dicari di tokonya adalah  kerupuk pedas yang sekarang lebih dikenal dengan nama kerupuk gurilem alias gurih dan pelem (hehew..) dan abon ikan merek Enaco (psst..gak apa-apa ya sebut merek). Abon ikan jadi jajanan favorit kedua karena dalam kemasan jajanan ini sering terdapat kupon bonus berupa jajan gratis abon ikan.. (hoorrrreeeee!!!!!). Dengan karakter yang aktif berbicara alias cerewet, seringkali Encim mengomeli anak-anak yang pada usianya senang berlari kesana kemari dan juga membuat ulah. Cerewet dan bawelnya Encim memang membuat panas telinga sekaligus dirindukan. Tidak terlalu mengetahui tepatnya usia Encim saat itu. Mungkin sekitar 50 tahunan ya. Biar begitu, Encim masih kuat mengemudikan motor bebek jadul seorang diri di keramaian lalu lintas. Bener-bener...The Power of Emak-emak.

Encim. Sumber Foto: Facebook


4.      Mang Udin
Siapakah beliau? Beliau bukanlah guru maupun pekerja di TK-SD Priangan. Mang Udin hanyalah seorang penjual batagor yang sering mangkal di area sekitar sekolah. Mang Udin awalnya berjualan sekitar tahun 1985-1986. Masih kelas 2 SD!!!! Pada tahun itu, Mang Udin menjual batagornya masih dengan harga 100/ buah. (Hmm..bandingkan dengan jaman sekarang) Sejak menyelesaikan pendidikan di tingkat SD dan melanjutkan ke tingkat SMP, belum pernah merasakan lagi batagor Mang Udin. Baru beberapa tahun kebelakang merasakan kembali batagor buatan Mang Udin. Itu pun tanpa sengaja dan tidak menyangka bahwa Mang Udin tetap setia berjualan batagor di lingkungan sekolah tersebut. Berarti Mang Udin turut menyaksikan siswa-siswi TK-SD Priangan tumbuh dan berkembang. Bahkan, ada sebagian alumni TK-SD Priangan yang juga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama. Waahhh...Mang Udin bukan sekedar penjual batagor tapi juga bapak dan kakeknya anak-anak.

Sumber Foto: Dok,. Pribadi


Selain keempat tokoh yang menyaksikan siswa-siswi TK-SD Priangan tumbuh dan berkembang, ada juga guru-guru dan tentu saja penjual makanan lainnya. Diantaranya penjual gulali dan penjual lemper.

Dulu, penjual gulali memiliki tempat mangkal di depan gerbang TK Priangan. Cemilan gula unik yang dapat dibentuk dengan aneka macam karakter. Sering waktu berlalu, penjual gulali tidak terlihat lagi di area tersebut. Sayang sekali, tidak generasi penerus yang menjual gulali.

Lalu..apa yang unik dari penjual lemper? Ya,, penjual lemper itu menjajakan dagangannya keliling area sekolah dan lokasi sekitar sekolah dengan menggunakan sepeda sambil berteriak-teriak dengan suara khasnya...LEMPEEERRRRRRRR!!!!!!!!!!!

Gulali. Sumber Foto: Google  



Gurileum. Sumber Foto: Google


Di TK-SD Priangan, ada satu momen yang selalu membuat tegang para siswa. Apakah itu? Momen saat sedang konsentrasi belajar, tiba-tiba datanglah ‘sang peri gigi’ alias pak dokter gigi yang memberikan kartu pemeriksaan gigi ke wali kelas. Pertanda...bakal ada yang dicabut giginya!!!!! Hihi..seru, ya.  

Buat saya pribadi, TK-SD Priangan bukan sekedar tempat belajar. Ternyata, TK-SD Priangan menjadi tempat ‘reuni tak resmi’ antara ayah saya dan teman-temannya jaman kuliah dulu. Kenapa begitu? Yap!! Saat mengantar jemput anaknya tanpa diduga bertemu dengan ‘genk’ nya, yang sudah lama tak bersua, yang juga mengantar jemput anak-anaknya. Dan...tradisi seperti ini berlanjut pada teman-teman se-angkatan.

Begitu banyak kisah manis dan lucu saat berada di TK-SD Priangan. Sekolah tersebut tidak hanya tempat untuk menuntut ilmu tapi juga ‘rumah’ saat kami mengalami masa-masa tumbuh dan berkembang. Akankah kisah-kisah tersebut hilang begitu saja? Tidak!! Masa depan boleh berubah tapi sejarah masa lalu tidak akan pernah berubah. Dan kami siswa-siswi TK-SD Priangan tidak akan melupakan sejarah itu.

Di Sekolah ini Kami Bertumbuh. 
 
Sumber Foto: Google