Judul ini diadaptasi dari tagline sebuah lembaga pendidikan formal
TK-SD Priangan yaitu ‘Disini Aku Bertumbuh’. Perbedaannya terletak di kata
‘Aku’ dan ‘Kami’. Saya memilih menggunakan kata ‘Kami’ dalam tagline tersebut
karena itu mewakili para alumni TK-SD Priangan.
Yang bersekolah di tempat ini
akan menjalani hari-harinya selama 6 tahun. Sedangkan yang bersekolah di tempat
ini sejak bangku taman kanak-kanak, menjalani hari-harinya selama 8 tahun.
Bayangkan!!! 6-8 tahun. Hampir satu dasawarsa. Mulai berada di sekolah ini saat
baru saja lepas dari popok dan meninggalkan sekolah ini saat mulai mengenal
episode bernama jatuh cinta. Tentu banyak kenangan yang tidak akan hilang
begitu saja.
Dimana, sih lokasi TK-SD
Priangan? Sekolah yang didirikan di tahun 1957 ini berada di jl. Baros no.1 Bandung. Sebuah jalan kecil yang
terletak dekat jalan Cilaki dan jalan Bengawan. Juga berdekatan dengan lapangan
Supratman. Sekolah ini didirikan oleh Tante Liem Zen Liang. Siapakah beliau?
Saya sendiri tidak terlalu mengenal beliau secara mendalam karena saat memasuki
lembaga pendidikan ini beliau sudah berpulang ke haribaan Nya. Tetapi bukan
berarti saya tidak pernah mencari tahu siapa beliau. Sepeninggal Tante Liem Zen
Liang, TK-SD Priangan diteruskan pengelolaannya oleh keturunan beliau dan
mempekerjakan seorang wanita sebagai kepala sekolahnya bernama Ibu FA Tulung
Rotinsulu.
Saya menjalani hari-hari di TK-SD
Priangan dari tahun 1984-1990. Masa kepemimpinan Ibu Tulung. Selain dua wanita
yang sudah saya sebutkan, ada juga seorang wanita yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan warga TK-SD Priangan. Beliau bukan guru melainkan seorang wanita
keturunan tionghoa pemilik toko kelontong. Beliau sering dipanggil dengan
sebutan Encim. Seorang wanita mandiri dan terkenal akan kebawelannya. Selanjutnya,
ijinkan saya untuk menceritakan satu persatu ketiga wanita hebat itu.
1.
Tante
Liem Zen Liang
Pendiri TK-SD Priangan yang
merupakan wanita keturunan tionghoa. Beliau mendirikan TK-SD Priangan mulai
dari nol. Hingga akhir hayatnya, Tante Liem, yang memiliki nama Indonesia Ibu
Djuhriah, sangat berdedikasi pada dunia pendidikan. Maka tak heran, menjelang
ujian nasional (istilah jaman dulu = EBTANAS), ada tradisi bagi kelas 6 untuk
melakukan ziarah ke pusara beliau yang terletak di pemakaman Cikadut. Dari
mulai bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut, belum
pernah melihat fotonya. Jadi betul-betul tidak mengetahui seperti apa rupa dari
Tante Liem. Dan saya pun
berkesempatan melihat rupa dari beliau
saat mengikuti reuni SD Priangan di tahun 2010. Disitu terpampang foto beliau.
‘Oooohhh...seperti ini ya wajahnya Tante Liem’ itulah komentar saya saat
melihat fotonya.
![]() | ||
Foto Tante Liem. Sumber Foto: Dok. Pribadi |
2.
Ibu
FA Tulung Rotinsulu
Kalau dengan ibu yang satu ini
kenal banget. Of course, beliaulah
yang menjadi kepala sekolah saat saya berada di TK-SD Priangan. Bernama lengkap
Frederika Aleida Tulung Rotinsulu. Beliau sangat familiar dengan panggilan Ibu
Tulung. Seorang ibu yang sangat menyayangi para siswa bagaikan anak-anaknya
sendiri. Keibuan tapi tegas. Kedisiplinan sangat terasa pada masa kepemimpinan
beliau. Siswa yang datang terlambat atau tidak membuat PR akan kena hukuman.
Terkadang, Ibu Tulung mengunjungi kelas-kelas di sela-sela waktu bekerjanya.
Ingat banget, deh..saat sedang belajar, Ibu Tulung datang ke kelas. Ada
kebiasaan dari warga kelas untuk menyapa beliau dengan terlebih dahulu
dikomandoi oleh KM Kelas. ‘Sikap...beri hormat!! Warga kelas menjawab ‘Selamat Siang, Bu.’
Sikap tegas Bu Tulung bukan
berarti tidak diiringi dengan kelembutan hati, lho. Pernah mengalami, orang tua
lupa menjemput. Teman-teman yang lain sudah dijemput orang tua masing-masing.
Panik, karena menunggu jemputan tidak datang-datang. Jadinya, hu..hu..hu..menangislah...
Akibatnya, Bu Tulung ikut repot mengurusi anak yang nangis karena belum
dijemput. (Hehe..Bu Tulung, maaf ya sudah merepotkan dengan tangisannya). Yang
paling berkesan dari Bu Tulung bukan cuma ketegasan dan kelembutan hatinya.
Tapi juga kekuatan Bu Tulung mengenakan sepatu hak tinggi selama bekerja.
Wow!!! Iseng-iseng mencoba juga seperti itu. Hasilnya..MANA TAHAAANNNN!!!!!!!
So, kembali ke flat shoes.
3.
Encim
Sekarang giliran Encim. Seorang
wanita mandiri keturunan tionghoa yang mengisi waktunya dengan membuka toko
jajanan anak SD. Jajanan yang paling banyak dicari di tokonya adalah kerupuk pedas yang sekarang lebih dikenal
dengan nama kerupuk gurilem alias gurih dan pelem (hehew..) dan abon ikan merek
Enaco (psst..gak apa-apa ya sebut merek). Abon ikan jadi jajanan favorit kedua
karena dalam kemasan jajanan ini sering terdapat kupon bonus berupa jajan
gratis abon ikan.. (hoorrrreeeee!!!!!). Dengan karakter yang aktif berbicara
alias cerewet, seringkali Encim mengomeli anak-anak yang pada usianya senang
berlari kesana kemari dan juga membuat ulah. Cerewet dan bawelnya Encim memang
membuat panas telinga sekaligus dirindukan. Tidak terlalu mengetahui tepatnya usia
Encim saat itu. Mungkin sekitar 50 tahunan ya. Biar begitu, Encim masih kuat
mengemudikan motor bebek jadul seorang diri di keramaian lalu lintas.
Bener-bener...The Power of Emak-emak.
Encim. Sumber Foto: Facebook |
4.
Mang
Udin
Siapakah beliau? Beliau bukanlah
guru maupun pekerja di TK-SD Priangan. Mang Udin hanyalah seorang penjual
batagor yang sering mangkal di area sekitar sekolah. Mang Udin awalnya
berjualan sekitar tahun 1985-1986. Masih kelas 2 SD!!!! Pada tahun itu, Mang Udin
menjual batagornya masih dengan harga 100/ buah. (Hmm..bandingkan dengan jaman
sekarang) Sejak menyelesaikan pendidikan di tingkat SD dan melanjutkan ke
tingkat SMP, belum pernah merasakan lagi batagor Mang Udin. Baru beberapa tahun
kebelakang merasakan kembali batagor buatan Mang Udin. Itu pun tanpa sengaja
dan tidak menyangka bahwa Mang Udin tetap setia berjualan batagor di lingkungan
sekolah tersebut. Berarti Mang Udin turut menyaksikan siswa-siswi TK-SD
Priangan tumbuh dan berkembang. Bahkan, ada sebagian alumni TK-SD Priangan yang
juga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama. Waahhh...Mang Udin bukan
sekedar penjual batagor tapi juga bapak dan kakeknya anak-anak.
Sumber Foto: Dok,. Pribadi |
Selain keempat tokoh yang
menyaksikan siswa-siswi TK-SD Priangan tumbuh dan berkembang, ada juga
guru-guru dan tentu saja penjual makanan lainnya. Diantaranya penjual gulali
dan penjual lemper.
Dulu, penjual gulali memiliki
tempat mangkal di depan gerbang TK Priangan. Cemilan gula unik yang dapat
dibentuk dengan aneka macam karakter. Sering waktu berlalu, penjual gulali
tidak terlihat lagi di area tersebut. Sayang sekali, tidak generasi penerus
yang menjual gulali.
Lalu..apa yang unik dari penjual
lemper? Ya,, penjual lemper itu menjajakan dagangannya keliling area sekolah
dan lokasi sekitar sekolah dengan menggunakan sepeda sambil berteriak-teriak
dengan suara khasnya...LEMPEEERRRRRRRR!!!!!!!!!!!
![]() | |||
Gulali. Sumber Foto: Google |
![]() |
Gurileum. Sumber Foto: Google |
Di TK-SD Priangan, ada satu momen
yang selalu membuat tegang para siswa. Apakah itu? Momen saat sedang
konsentrasi belajar, tiba-tiba datanglah ‘sang peri gigi’ alias pak dokter gigi yang
memberikan kartu pemeriksaan gigi ke wali kelas. Pertanda...bakal ada yang dicabut
giginya!!!!! Hihi..seru, ya.
Buat saya pribadi, TK-SD Priangan
bukan sekedar tempat belajar. Ternyata, TK-SD Priangan menjadi tempat ‘reuni
tak resmi’ antara ayah saya dan teman-temannya jaman kuliah dulu. Kenapa begitu?
Yap!! Saat mengantar jemput anaknya tanpa diduga bertemu dengan ‘genk’ nya, yang
sudah lama tak bersua, yang juga mengantar jemput anak-anaknya. Dan...tradisi
seperti ini berlanjut pada teman-teman se-angkatan.
Begitu banyak kisah manis dan
lucu saat berada di TK-SD Priangan. Sekolah tersebut tidak hanya tempat untuk
menuntut ilmu tapi juga ‘rumah’ saat kami mengalami masa-masa tumbuh dan
berkembang. Akankah kisah-kisah tersebut hilang begitu saja? Tidak!! Masa depan
boleh berubah tapi sejarah masa lalu tidak akan pernah berubah. Dan kami
siswa-siswi TK-SD Priangan tidak akan melupakan sejarah itu.
Di Sekolah ini Kami Bertumbuh.
![]() | |
Sumber Foto: Google |