Saya pun merasakan hal seperti
itu. Bukan hanya masalah biaya tapi juga merasa diri belum pantas untuk
menunaikan ibadah tersebut. Ibadah sehari-hari rasanya belum khusyu. Baca Al
Quran pun belum lancar dan boleh dikata saya jarang menyentuh kitab suci itu.
Bahkan terpikir untuk berangkat kesana
pun tidak pernah.
Begitulah...hari demi hari..mimpi
saya adalah keliling Eropa bukan ke tanah suci. Sampai akhirnya di tanggal 1
Januari 2017, hari pertama di tahun 2017, dapat telepon dari kerabat yang
tinggal di Jakarta. Kabarnya adalah ‘Mau menyampaikan amanat bahwa kamu akan
berangkat umrah di bulan Februari 2017’ Mendapat kabar seperti
itu..sungguh..speechless banget. Seperti kehilangan kesadaran. Tidak pernah menyangka dapat ‘rejeki nomplok’ Pada akhirnya, keluar juga sebuah kalimat
dari mulut saya ”Gua belum punya paspor!!!!”
Itulah ekspresi pertama setelah ‘kehilangan kesadaran’ beberapa saat.
Sholat beratapkan payung elektrik, Masjid Nabawi, Madinah |
Berharap berkah air zam-zam, Masjid Nabawi, Madinah |
Sesampainya di Jeddah, dengan
menggunakan bis perjalanan dilanjutkan menuju Madinah melewati area yang penuh
padang pasir. Di bis pun masih belum percaya bahwa saya sudah menginjakkan kaki
di tanah suci. Melihat keadaan sekitar yang gersang tanpa pepohonan dan penuh
padang pasir bahkan seperti tidak nampak ‘tanda-tanda kehidupan’, belum
terbayang kota Madinah seperti apa. Selama perjalanan, Pak Habib yang membimbing
para jamaah, bercerita sekilas tentang apa itu umrah.
Salah satu sudut kota Madinah |
Masjid Nabawi, Madinah Al Munawwarah |
Saya menunaikan ibadah umrah di bulan Februari, sedang musim dingin. Tapi matahari bersinar terik jadi hawa dingin itu tidak terasa menggigil di badan. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, masih terasa biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa. Masjid ini sering terdengar dari cerita orang-orang. Hanya mendengar dan tidak pernah bermimpi akan berkunjung. Tanpa diduga, bisa menginjakkan kaki di masjid yang rasanya hanya ada di negeri dongeng. Ketika mencari shaf kosong untuk shalat, saya menempati shaf yang tepat di mulut pintu Masjid Nabawi. Saya duduk bersebelahan dengan jamaah umrah asal Kuwait. Iseng-iseng coba menyapa dengan bahasa Inggris. Responnya positif. Iiiihhh...senangnya bisa bertemu dengan saudara seiman dari negara lain. Semoga bisa bertemu kembali dengan ukhti dari Kuwait. Selesai shalat, saya dan rombongan kembali ke hotel sambil melihat-lihat toko-toko yang ada di sekitar masjid. Begitulah orang Indonesia. Dimanapun berada tidak pernah lepas dari acara ‘cuci mata’ sekedar untuk melihat-lihat ataupun berbelanja.
Pasar Kurma, Madinah |
City Tour |
(+)“Indonesianya dimana?”
(-) Saya jawab “Dari Bandung.”
(+) “Oh, Bandung, ya. Sebelah mana Bandung
nya?”
(-) “Daerah Pasteur”
(+) “Tahu daerah Kiara Condong?”
Wakwawwww....kok bisa tahu Kiara
Condong? Ternyata ‘Pangeran Madinah’ itu
pernah berkunjung ke Bandung. Temannya tinggal di Kiara Condong. Tak lupa, beliau pun
menyapa dengan sapaan orang Bandung yang khas “Damang?” Sesudah bercakap-cakap, saya
pun memutuskan untuk kembali ke hotel. Sebelum berpisah, ‘Pangeran Madinah’ itu
bertanya lagi “Kalau bala-bala masih ada?” Eh, buset..la buset-buset...gorengan bala-bala yang merupakan cemilan kampung ternyata disukai si 'Pamgeran Madinah'. I am sorry
to say kalau beliau ‘Pangeran Madinah’ tampangnya itu, lho
bo...guuaaannnnteeennnggg!!!! (hush..hush...waktunya ibadah..bukan ngeceng)
Masjid Bir Ali, Madinah |
Akhirnya...saya dan jamaah
lainnya berangkat ke Masjidil Haram dengan berjalan kaki. Sambil berjalan, Pak
Habib membimbing jamaah untuk berdzikir. Tak terasa, sampailah di Masjidil
Haram. Pelan-pelan, memasuki masjid
melalui King Fahad Gate. Lama-lama...terlihat bangunan yang selama ini selalu
dilihat di sajadah..Ka’Bah! Allahu
Akbar...tak terasa air mata menetes. Bermimpikah
saya? Yang di depan itu betul-betul Ka ‘Bah, kan? OMG!!!!! Inilah keajaiban.
Sambil mengelilingi Ka’Bah..masih tetap belum percaya akan berada dihadapan
titik peribadatan umat muslim. Hanya beberapa langkah di depan mata. There, I successfully touched Ka 'Bah!!!!! ( makin berlinang air mata...) Kapan
ya..bisa kesini lagi?
Apakah selama di Mekkah hanya mengerjakan thawaf dan sa’i? Oh, tentu tidak. Ada kegiatan city tour juga seperti di Madinah. Tempat-tempat yang dikunjungi adalah Arafah yang merupakan lokasi Jabal Rahmah berada. Tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa di dunia setelah berpisah sekian lama. Karena hal itu, konon yang ingin mendapatkan jodoh, banyak-banyaklah berdoa disini agar segera dipertemukan dengan jodohnya. Aamiin!!!! Dari Arafah, perjalanan dilanjutkan ke Mudzdalifah dan Mina. Sayangnya..di dua area ini, rombongan tidak berhenti untuk mampir karena keadaannya sangat sepi tanpa penduduk. Dua area ini akan ramai saat musim haji. Musim haji usai, maka area-area tersebut akan sepi kembali.
Keadaan geografis Arab Saudi yang
berbukit-bukit, maka tidaklah heran para jamaah akan sering menemui perbukitan.
Saat di kota Mudzdalifah dan posisi rombongan mendekati kota Mina, Pak Habib
yang jadi pembimbing tur menunjukkan tangannya ke arah atas perbukitan. Disitu
terlihat sebuah tugu. Tugu apakah itu? Tugu itu adalah tanda bahwa di tempat
itu beberapa abad silam Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya, Nabi Ismail.
Sungguh..setelah melihat langsung tempat-tempat tersebut makin yakin bahwa
kisah-kisah dalam Al Quran bukan semata dongeng tapi memang nyata. Dan saya
bersaksi akan kenyataan dari kisah-kisah Al Quran.
Dalam kegiatan city tour di kota
Mekkah, para jamaah diberi kesempatan untuk melaksanakan umrah kembali. Bisa untuk
diri sendiri maupun untuk keluarga yang sudah berpulang. Saya memutuskan untuk
umrah kembali agar bisa mengumrahkan ibu saya yang sudah berpulang. Akhirnya,
rombongan tiba di Masjid Tan’im sebagai lokasi miqat. Untuk kaum lelaki,
kembali mengenakan kain ihram sedangkan untuk wanita, berihramnya bisa
mengenakan pakaian yang saat itu sedang dipakai walaupun pakaian itu tidak
berwarna putih. Diawali dengan shalat sunat tahiyatul masjid dan shalat dhuha.
Tak lupa mengucapkan niat berumrah atas nama sendiri bagi yang berumrah untuk
diri sendiri dan niat berumrah atas nama seseorang bagi yang akan mengumrahkan
orang lain.
Pusat Kota Jeddah |
Selama di tanah suci, soal
makanan jangan khawatir karena sudah disediakan. Bukan hanya saat di hotel tapi
juga di bis saat melaksanakan city tour. Namun, ada menu yang dirindukan. Untuk
orang Bandung seperti saya, rasanya ada yang kurang jika tidak ada menu baso
dan mie baso. Dan..menu baso itu saya dapatkan saat dalam perjalanan menuju
Jeddah sesudah check out dari hotel di Mekkah. Ada penjual makanan yang
menggunakan merek ‘Baso Mang Oedin’
Penjual baso yang sangat terkenal di Jeddah. Pemiliknya adalah warga
Arab asli yang sangat fasih berbahasa Indonesia. Di pintu masuk menyapa
pengunjung sambil berteriak-teriak..”Ya..basonya Mang Udin..silakan masuk!!!!!”
Dengan mematok harga 12 real, baso ini dipenuhi pengunjung yang mayoritas
adalah jamaah dari Indonesia. Hahaha...seru, ya..menu baso pun ada disana. Plus...ada merek 'Bandung Asli' Bandung Memang Juara!!!!! Terkenal sampai Arab.
Pusat Kota Jeddah |
Kesan yang saya dapatkan adalah
ibadah umrah bukan hanya sekedar ritual ibadah tapi juga ibadah yang
mempersatukan umat muslim di seluruh dunia dengan bahasa yang sama yaitu bahasa
Alquran dan satu gerakan yang sama yaitu gerakan shalat. Itu saya rasakan pada
saat saya melakukan ibadah shalat, seringkali saya shalat berdampingan dengan
saudara seiman dari Turki, India, Pakistan dan Bangladesh. Bahkan saat di hotel
di Mekkah, saya bertemu dengan saudara seiman dari Irak dan Tunisia. Karena
saya berwajah Asia, banyak yang mengira bahwa saya adalah jamaah dari Malaysia.
Senang rasanya saling sapa dengan mereka. Bahasa boleh beda. Budaya boleh beda.
Negara boleh beda. Namun hanya sekedar menyapa “Assalamu ‘alaikum” pertemanan
itu langsung terjalin. Rasanya sudah kenal bertahun-tahun lamanya. Islam memang
Indah, ya.
Hikmah dari perjalanan ini bahwa
Allah sangat mencintai umat Nya. Allah tidak pernah kemana-mana. Umat Nya yang
selalu kemana-mana. Saya yang tidak pernah bermimpi ke tanah suci, ternyata
Allah takdirkan untuk datang ke tanah suci. Percayalah pada Nya. Yang memiliki
banyak uang belum tentu akan berkunjung ke tanah suci. Yang memiliki uang
pas-pas an belum tentu tidak akan mengunjungi tanah suci. Semua ini adalah
undangan dari Nya. Tetaplah bekerja dan berkarya dengan niat untuk ibadah.
Niscaya keajaiban ke tanah suci bukanlah hal mustahil.